Senin, 14 Februari 2011

Bakar Ladang (nunu uma)

Gambar. Membakar Ladang
Pada saat musim menanam padi tiba, msayarakat dayak memulai kembali akivitas sehari-hari mereka yang sebagian besar adalah petani. Sebelum menanam padi terlebih dahulu lahan yang akan dijadikan sebagai tempat untuk menanam padi di tebang tebas atau di bersihkan, hal ini dilakukan untuk mempermudah pada saat lahan akan dibakar.

Sebagian besar masyarakat suku dayak bercocok tanam atau berladang secara berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain, dan hal ini sudah dilakukan oleh nenek moyang suku dayak dari zaman dahulu hingga terus menjadi tradisi dari generasi ke generasi, yang sampai saat ini masih tetap dilakukan oleh masyarakat suku dayak.

Selain untuk mendapatkan banyak lahan atau hak atas tanah, cara ini juga dilakukan oleh masyarakat dayak untuk memberikan kesempatan kepada tanaman atau pepohonan di hutan yang sudah di jadikan ladang dapat tumbuh kembali dan masyarakat suku dayak tetap bisa hidup bersama dengan hutan tanpa harus menghabiskan dan menghancurkan hutan. Meskipun baru-baru ini ada larangan dari pemerintah untuk tidak membakar hutan dan berladang berpindah-pindah, tapi masyarakat dayak tetap melakukan hal tersebut, mengingat beradang dan membakar hutan sudah menjadi sebuah tradisi.

Sebelum membakar ladang, terlebih dahulu pohon-pohon dan semak belukar ditebang tebas; setelah itu masyarakat dayak akan melakukan ritual untuk meminta ijin kepada penunggu tanah yang ada di lahan yang akan dijadikan ladang. Jika mendapati ada penunggu di tanah tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan ritual untuk meminta supaya penunggu tanah tersebut pergi dari lahan yang akan dijadikan ladang. Menurut kepercayaan sebagian besar orang orang dayak, jika tidak dilakukan sebuah ritual maka akan berakibat jatuhnya korban dari pihak keluarga yang memiliki ladang tersebut. 

Pada saat membakar ladang tersebut, biasanya masyarakat dayak tidak sendiri dalam melakukan hal tersebut, mereka bekerja bersama-sama, bergotong royong dan saling membantu. Hal tersebut sudah menjadi tradisi turun temurun dari masyarakat suku dayak untuk saling membantu dan bekerja sama pada saat melakukan sesuatu; tidak hanya pada saat membakar ladang tetapi juga pada saat ada keluarga yang meninggal, gawai dayak, pernikahan, musim menanam padi dan juga pada saat musim panen tiba.

Pada awal bulan Juli atau Agustus merupakan awal bulan yang baik untuk membakar ladang, tapi dengan kondisi cuaca yang tidak teratur seperti sekarang ini, tidak dapat dipastikan tanggal dan bulan yang pasti untuk mulai membakar ladang. Jika pada bulan-bulan tersebut turun hujan, maka masyarakat dayak akan mengambil kesempatan cuaca panas beberapa minggu pada bulan tersebut.

Dengan menggunakan peralatan seadanya, masyarakat dayak mulai membakar ladang; terlebih dahulu dilakukan persiapan memberikan jarak dari lokasi lahan yang akan di bakar dengan hutan sekitar atau suku dayak mualang dan dayak banjur menyebutnya "beradak". hal ini dilakukan untuk meminimalisir api menjalar ke hutan sekitar dalam bahasa dayak mualang dan dayak banjur menyebutnya "ngerampet". Setelah selesai di bakar, ladang tidak boleh ditinggalkan, karena jika ditinggalkan ditakutkan akan ada api yang membesar dan menjalar ke hutan sekitar, sehingga sebelum ditinggalkan, api harus benar-benar padam.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Numpang lewat lok...

Penulis opini mengatakan...

Sekarang Orang Dayak sudah mulai meninggalkan ladang dan beralih ke perkebunan misalnya sawit dan karet.