Minggu, 23 Januari 2011

Dayak Mualang

Gambar. Suku Dayak Mualang
Suku Dayak merupakan suku asli pulau kalimantan atau yang lebih dikenal dengan pulau Borneo. Sebagian besar masyarakat suku dayak tinggal di pedalaman hutan kalimantan, mereka lebih banyak menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, baik itu yang dihasilkan dari sungai maupun hutan seperti bertani, menoreh karet alam dan berburu.

Suku dayak sendiri terbagi menjadi beberapa sub-suku dayak, yang dapat dilihat berdasarkan kesamaan seni tari dan musik, dialek bahasa, serta adat-istiadat yang ada di dalam kelompok suku dayak tersebut. secara garis besar suku dayak terdiri dari kurang lebih 405 sub suku, yang kemudian di kelompokkan menjadi 6 sub-besar rumpun, yaitu: Rumpun Dayak Klemantan, Rumpun Dayak Iban, Rumpun Dayak Apokayan, Rumpun Dayak Murut, Rumpun Dayak Ot Danum, dan Rumpun Dayak Punan.

Suku Dayak Mualang mendiami pulau kalimantan bagian barat, dan daerah penyebarannya sebagian besar di daerah kabupaten sanggau, sekadau, sintang dan perbatasan sarawak malaysia, namun tidak sedikit pula masyarakat dayak mualang yang tinggal di kabupaten melawi, dan bahan di Ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Jika dilihat dari pembagian sub-suku besar, suku dayak mualang termasuk ke dalam rumpun sub-suku dayak Iban atau Ibanic group, jika dilihat dari kesamaan bahasa suku dayak mualang memiliki kesamaan bahasa dengan sub-suku dayak lainnya yang termasuk ke dalam rumpun Iban seperti dayak banjur dan dayak seberuang yang ada di kabupaten sintang, secara rasial masyarakat dayak mualang termasuk ke dalam ras mongoloid, salah satu ciri yang tampak dari segi fisik suku dayak mualang yakni wajah bulat, kulit putih/kuning langsat, hidung pesek, rambut lurus, dan tinggi badan relatif rendah, tapi tidak sedikit pula yang berbadan tinggi besar.

Menurut cerita orang tua jaman dahulu, suku dayak hanya ada satu dan semuanya tinggal bersama-sama di Tampun Juah ( Tampun Juah merupakan rumah panjang yang menjadi tempat pertama orang dayak berkumpul ). Pada suatu hari Tampun Juah diserang oleh sebuah kerajaan yang juga berada di pulau kalimantan, untuk beberapa waktu suku dayak di Tampun Juah masih bisa bertahan dan mengalahkan musuh, tapi pada suatu hari, pihak musuh datang dan menanam sejenis jamur di ladang masyarakat suku dayak, sehingga sebagian besar orang dayak yang memakan jamur beracun tersebut menjadi mabuk dan berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang dayak lainnya dan suasana pun menjadi gaduh, hal ini dimanfaatkan oleh pihak musuh untuk menyerang Tampun Juah, sehingga orang dayak mengambil keputusan untuk meninggalkan Tampun Juah dan berpencar berdasarkan kesamaan bahasa yang dapat mereka mengerti.

Pada waktu orang dayak pergi meninggalkan Tampun Juah, ada sebagian orang dayak yang belum pergi karena ada salah satu pihak keluarga sedang melahirkan, dan itu menjadi sebuah pantangan untuk meninggalkan Tampun Juah, sehingga kelompok tersebut memilih untuk tinggal dan menyusul beberapa hari kemudian. setelah beberapa hari kemudian kelompok masyarakat dayak yang tertinggal kembali melanjutkan perjalanan untuk mengikuti jejak orang dayak lainnya yang sudah terlebih dahulu pergi, tetapi di dalam perjalanan sesampainya di nanga sungai ketungau, kelompok yang dipimpin oleh Guyau Temenggung Budi ini tersesat karena patok jalan (penunjuk arah jalan) berubah karena diterjang banjir, dan mereka tetap melanjutkan perjalanan tanpa arah yang pasti.

Ketika dalam perjalanan, salah seorang manok sabong atau pengawal yang bernama Mualang meninggal dunia dan untuk mengingatnya maka tempat dimana Manok Sabong tersebut dikubur dinamakan Mualang, dan sampai sekarang sungai yang berada di samping kuburan manok sabong tersebut dinamakan sungai Mualang. Guyau Temenggung Budi juga mengabadikan nama Mualang sebagai nama untuk kelompok yang dipimpinnya. Mereka kemudian memutuskan untuk menetap dan tinggal di daerah tersebut untuk sementara waktu samapi mereka akhirnya bertemu dengan salah satu suku yang memiliki kesamaan dialek bahasa, tetapi bukan berasal dari keturunan suku dayak Tampun Juah melainkan berasal dari tanah Tabo, yang menurut cerita keturunan orang tanah tabo merupakan keturunan dewa.

2 komentar:

zaman terasing mengatakan...

Saya pernah merantau ke Kal Bar, dan diasuh oleh arang asli Dayak Mualang. Cukuplah saya menjadi saksi kebaikan mereka, keramah tamahan, kebersahajaan dan cara hidup mereka yang sangat menjaga keutuhan alam

Penulis opini mengatakan...

Salam pahari dari Anak Dayak Pantu